Tuesday, May 12, 2009
Sebuah Nama di Papan Nisan
Kita semua memiliki jasad kehidupan. Tetapi seringkali kita tidak memiliki ruh dari kehidupan itu sendiri
Ruh kehidupan adalah sebuah eksistensi diri...sebuah tujuan hidup menuju kemuliaan ...yaitu untuk menggapai ridlo-Nya semata
Coba kita merenung sejenak...Kita ini berasal dari mana ? Sedang apa ? Dan mau kemana ? Apa yang bisa kita pertanggungjawabkan ? Sudahkah kita menunaikan amanah yang kita pikul ? Mampukah kita mempertanggungjawabkannya di mahkamah Rabbi nanti ?
Sahabat...Kita hidup memiliki awalan, ...yaitu ketika kita terlahir ke dunia yang fana ini. Dan hidup kita pun memiliki akhiran,...yaitu ketika ruh terlepas dari badan Sekaligus menandai awal babak dari kehidupan yang baru. Suatu fase dimana kita harus mempertanggungjawabkan segalanya
Kita terlahir tanpa meminta...dan kitapun akan kembali tanpa menolak. Dan ketika sang ajal tiba, ...maka kita tidak bisa mempercepat sedetikpun ...juga tak bisa menunda barang sesaatpun Ketentuan Illahi adalah mutlak adanya
Sahabat...Mungkin kita pernah bertanya pada diri sendiri. Bagaimanakah akhir dari cerita kehidupan kita ?. Apakah kita akan meninggal karena faktor usia yang semakin tua ?. Apakah melalui sebuah kecelakaan ?. Apakah dengan kisah penderitaan di rumah sakit ?. Apakah karena tekanan jiwa yang semakin berat ?. Ataukah dengan berbagai alasan lain...Kita semua tidak tahu... Dan kita semua tidak dapat memilihnya...
Karena itu semua adalah rahasia-Nya. Termasuk kapan kita akan meninggal...?, Apakah hari ini ?, Esok lusa ?, Minggu atau bulan depan ?, atau masih beberapa tahun lagi....?, Kitapun tak tahu...tapi anehnya,..Meskipun kita tidak tahu kapan kematian akan menjemput, Tapi seringkali perilaku kita tidak pernah menunjukkan hal itu.
Coba saja...,andaikan kita tahu...bahwa kematian akan menjemput kita minggu depan...apa yang akan kita lakukan, Barangkali mind set kita langsung berubah 180 derajat. Kita rubah haluan dari Dunia Oriented ke Akhirat Oriented. Kita lupakan kesibukan yang selama ini membelenggu kita...dan kita terus menerus mendekatkan diri pada-Nya. Setiap detik di isi dengan amal ibadah...Kita akan meminta maaf pada setiap orang yang kita temui...Kita pun memohon do'a kesana kemari . Bahkan seluruh harta kekayaan pun kita wakafkan atau di sedekahkan...Zakat kita tunaikan...Sholat tak ada yang terlewatkan...Secara tiba - tiba kita menjadi orang yang paling sholeh / sholehah...
Tapi...
Ketika kita tak tahu kematian kapan kan menjemput. Kita seolah - olah tak peduli. Mind set kita masih seperti ini...amal kebajikan juga alakadarnya...Kita anggan untuk meminta maaf...Sholat dan zakat seingatnya....
Dan jika saatnya tiba...Kitapun akan terbelalak ketakutan...Kita akan menangis penuh penyesalan...
Kita menjerit - jerit mohon ampunan...Bumi dan langir menggelegar...Tapi tangis dan sesal kemudian tidak memiliki arti lagi...haruskah kita berubah...,ketika jasad sudah terbungkus kain kafan dan sebuah papan nisan bertuliskan nama kita ditancapkan ...????
Woman and Child Traficking
Memperhatikan berbagai informasi dari berbagai mass media, Saat ini saya memiliki keprihatinan yang mendalam, Soal keamanan di negeri ini, Khususnya mengenai Woman and Child Trafficking
Dalam hal ini saya ingin berbagi pengetahuan mengenai hal ini, ...untuk meningkatkan kewaspadaan dan ke-hati-hati-an seluruh keluarga kita Masalah ini memang sudah bukan isu lokal,...tetapi telah menjadi isu Global ...artinya tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di banyak negara
Secara umum ada 3 modus yang melatarbelakanginya :
1. Saat ini kebutuhan (demand) terhadap organ tubuh manusia meningkat dengan tajam. Khususnya dari negara - negara maju dan segmen orang kaya. Jika ada orang kaya di sana yang anggota keluarganya menderita sakit, sudah barang tentu akan berupaya melakukan berbagai upaya pengobatan. Dan ada juga oknum rumah sakit (personal) yang menangkap hal ini sebagai "peluang bisnis", maka teori ekonomi berlaku.
Peningkatan "demand" akan meningkatkan harga jual (Price), yang berarti ada "margin" yang besar. Orang berusaha mencari sumber "supply" yang mampu memenuhi kebutuhan pasar dunia. Sistem keamanan di negara mereka sendiri agak sulit untuk memenuhi kebutuhan, di samping soal ego ras dari kelompok masyarakat tertentu. akhirnya mereka berupaya mencari dari sumber (Negara ) lainnya. Kebetulan di negara berkembang dan terbelakang dengan jumlah penduduk relatif besar, biasanya sistem keamanan relatif masih longgar. Jangankan memperhatikan jumlah penduduknya, memikirkan masalah ekonomi saja biasanya kedodoran.
Itulah sebabnya kasus - kasus semacam ini banyak terjadi di Negara berkembang, terbelakang, dengan jumlah penduduk yang besar/padat. Jadi penculikan atau penghilangan orang bermotifkan penjualan organ – organ tubuh orang tersebut seiring dengan permintaa pasar dunia akan organ tubuh semakin meningkat. Bahwa bagi mereka, ketika melihat orang yang bergeletakan di pinggir jalan, di kolong jembatan, dan orang - orang yang terlantar lainnya, dipandang sebagai "sumber uang".
Bayangkan harga rata - rata organ tubuh tersebut sekitar Rp. 5 juta. Jadi kalau orang memiliki 2 kornea mata, 2 ginjal sehat, 1 jantung paling tidak bernilai Rp. 25 juta. Jadi ketika melihat orang yang tergeletak, di fikirannya itu "duit" pada bergeletakkan dimana - mana, tidak ada yang mengambil. Tapi tentu hal ini biasanya melibatkan "oknum" dari kalangan medis, karena bicara soal teknik pengambilan organ, preservasi, distribusi, dan penetrasi pasar yang baik.
2. Wanita - wanita dewasa, biasanya diculik untuk memenuhi "pasar hidung belang" yang meningkat juga dari waktu ke waktu. Sementara pemberantasan prostitusi terjadi dimana - mana, sehingga para praktikan prostitusi atas kehendak sendiri juga agak berkurang, maka "supply" dilakukan dengan cara
"penipuan dan pemaksaan". Jual beli "prostitusi" saat ini terjadi dalam omset yang sangat besar, bukan hanya transfer antar kota dalam propinsi atau antar propinsi saja, tapi juga sudah transfer antar negara.
Ketika saya masih menjadi Konsultan TKI di Hongkong dan Macau, saya banyak memperoleh masukan berbagai permasalahan yang berkembang. Dari mulai masalah over stay, dokumen hilang, dsb. Dan ada juga yang terjerumus ke "lembah" yang salah. Orang yang cantik fotonya banyak diperdagangkan laksana brosur sebuah produk. Ketika pemenuhan tanggal booking sudah memenuhi dan hitungan
matematisnya menguntungkan, lalu orangpun didatangkan bisa dari Negara mana saja, termasuk dari Jakarta.
Untuk asia selama ini kebanyakan di supply dari China dan Thailand, tapi lama kelamaan berkurang seiring dengan isu HIV. Lalu mereka mencari sumber negara lain yang relatif dianggap masih lebih bersih dibanding Thailand. Studi banding di Phuket, Pattaya, Songkla dan Bangkok menunjukkan data seperti itu.
3. Modus perjuangan ideologis. Meskipun saat ini ada beberapa gangster yang memanfaatkannya menjadi potensi bisnis. Ada kelompok tertentu yang melakukan penculikan anak - anak sejak kecil
atau bahkan sejak bayi. Untuk kemudian dididik di suatu kawah candradimuka dengan sistem pendidikan yang ketat, disiplin tinggi, dan digojlok dengan segala keahlian, bahkan bisa lebih hebat dari sistem pendidikan di pasukan komando sekalipun. Mereka sengaja diputus rantai kekerabatan keluarganya, dengan demikian mereka sudah tidak "memiliki perasaan" lagi karena mereka
merasa tidak punya siapa - siapa dan tidak mengenal siapa orang tua mereka. Mereka umumnya memperoleh pendidikan :
- Doktrinasi Corps
- Teknik Spionase
- Teknik membangun jaringan
- Ilmu bela diri ( minimal menguasai 7 teknik bela diri )
- Terampil senjata tajam
- Terampil senjata api
- Penguasaan Medan Laut
- Penguasaan Medan hutan
- Penguasaan Medan Kota
- Teknik Informatika
Dengan sistem pendidikan yang mereka lakukan akan menghasilkan lulusan yang terampil secara ilmu dan terampil dalam praktik. IQ memereka umumnya tinggi - tinggi. Dulu mereka digunakan untuk tujuan perjuangan ideologis semata. Saat ini banyak kalangan yang memnfaatkan jasa keahlian mereka untuk tujuan masing - masing, baik pengamanan, bisnis, pembunuh bayaran, dan sebagainya.
Sementara praktik hipnotis yang sering juga turut mencemaskan, sebenarnya jangan terlalu ditakutkan. Hipnotis ( hypnosys) itu pengaruhnya bersifat temporer dan tidak setiap orang mudah di hipnotis. Meskipun memang ada beberapa orang yang sudah mengembangkan kepada apa yang disebut dengan
Hypno-Pressure ( Totok Hipnotis) yang pengaruhnya agak lama, tapi tetap saja tidak permanen. Oleh karena itu hati - hati dengan tekanan di daerah pergelangan tangan dan tengkuk, di daerah itu ada 2 titik meridian yang patal bila dimanfaatkan oleh orang - orang jahat. Hentakan denyut di dua daerah meridian tadi seringkali dijadikan kunci (password) pembuka dan penutup alam bawah sadar (subconscious mind). Untuk kasus seperti ini, kebetulan juga saya pernah menanganinya sampai melakukan pelacakan ke beberapa tempat baik di dalam maupun di luar negeri.
Demikian sedikit informasi yang bisa saya sampaikan. Saya berharap bisa menjadi informasi yang bermanfaat untuk bersama - sama menjaga keselamatan seluruh keluarga kita, dan sekaligus senantiasa meningkatkan kehati-hatian dan kewaspadaan.
Salam Hormatku,
Sahabat yang selalu menyayangi dan berusaha menjagamu,
Dede Farhan Aulawi
Psycho Behaviour
Oleh : Dede Farhan Aulawi
Sahabat...
Dalam banyak kesempatan ketika memberi seminar / pelatihan saya sering ditanya hal - hal yang berkaitan dengan Human Behavior, terutama menyangkut hal - hal empirik yang sering terjadi di lapangan. Baik dalam melakukan analisa kasus di perusahaan, lembaga, bahkan hal yang bersifat
individual, contohnya persoalan keluarga.
Apa yang kita lihat atas suatu perilaku tertentu sesungguhnya merupakan output fisik yang terlihat, tapi faktor pendorong perilaku yang sesungguhnya adalah masalah perilaku kejiwaan ( Psycho Behavior ).
Termasuk di dalamnya sikap mental dalam menghadapi stimulus dari luar. Banyak sekali kasus yang bisa terungkap dan terselesaikan dengan pendekatan ini, karena kita diajak menyelesaikan masalah secara
komprehensif dan lebih dari sekedar faktor motivasi yang melatarbelakanginya.
Untuk membahas semua materi ini tentu cukup panjang, tapi pada kesempatan ini saya ingin menulis secara khusus masalah perilaku lelaki (suami)dalam contoh kasus rumah tangga. dalam tulisan sebelumnya saya pernah menulis bahwa "wanita membutuhkan perhatian", sementara "Lelaki butuh penghargaan / dihargai". Sikap dasar seperti ini seringkali melatarbelakangi sikap - sikap yang lainnya. Meskipun tentu tidak berlaku bagi semuanya, tapi pada umumnya.
Aspek Kejiwaan suami yang memiliki penghasilan lebih kecil dibandingkan isteri-nya seringkali lebih memiliki jiwa yang super sensitif disbanding sebaliknya. Hal ini bisa dipahami karena seringkali seorang isteri yang penghasilannya lebih besar menjadi "kurang" bisa menghargai suami. Padahal itu merupakan kebutuhan penting bagi suami. Hal - hal yang kecil bisa melebar menjadi persoalan yang melebar kemana - mana. Dan akhirnya tampak persoalan semakin memuncak dan membesar.
Persoalan lain yang sering muncul adalah ketika kita membawa anggota keluarga untuk tinggal di rumah. Jika kurang komunikasi sebelumnya bisa memantik persoalan baru. Ketika isteri mengajak anggota keluarganya, missal adik/kaka/saudara atau bahkan orang tua dalam jangka waktu yang cukup lama tanpa pemberitahuan dan izin suami seringkali menjadi persoalan juga.
Mungkin ada orang yang memandang hal itu persoalan kecil dan mudah diselesaikan. Tapi "tidak" bagi orang yang memiliki aspek kejiwaan yang relatif sensitif.
Tabi'at dan kebiasaan yang berbeda dalam keluarga besarpun demikian. Saya pernah menangani sebuah kasus permasalahan pasangan selebriti Indonesia. Latar belakang suami lahir dan besar dari keluarga berada sehingga memiliki kebiasaan makan di tempat yang nyaman dan hygienis. Sementara
sang Istri berlatar belakang dari keluarga kurang beruntung, sehingga memiliki kebiasaan makan yang sederhana tapi dirasa enak. Jadi tidak bicara soal tempat yang nyaman, bersih, dan sehat.
Kebiasaan yang berbeda ini sering terbawa, sampai suatu saat menjadi persoalan ketika sang suami secara spontan berkata :"Kamu ini sudah kaya saja masih memiliki kebiasaan makan ( pecel lele pinggir jalan )di tempat makan jorok seperti ini ya ? dasar mental kampung, sudah lama di kotapun tetap aja kampung".
Mungkin ini soal ucapan spontan yang kurang kontrol dan emosional karena seringkali memiliki selera makan yang berbeda. Hal ini ditangkap oleh seorang isteri sebagai penghinaan yang sangat menyakitkan. Meskipun akhirnya sang suami meminta maaf atas ucapannya tersebut, tetapi kata -
kata yang sudah terlanjur meluncur dan menancap langsung ke pusat jantung perasaan tak mudah untuk disembuhkan.sang Isteri berkata, bahwa "sampai kapanpun saya takkan pernah bisa melupakan ucapan penghinaan yang sangat menyakitkan itu".
Kita sebagai outsider seringkali memandang persoalan itu sepele karena soal selera makan. tapi tidak demikian dengan mereka yang merasakannya. Kenapa ? karena bagi wanita yang dilihat bukan sekedar selera makannya, tapi "suami dipandang tidak memliki perhatian", sementara si suami berpandangan bahwa " isteri tidak bisa menghargainya dengan mengajak makan di tempat - tempat kotor seperti itu".
Dan banyak lagi kasus lain yang pernah saya tangani, yang bersumber dari soal ilmu perilaku.
Kesimpulan sementara adalah :
1. Pahami sesifitas perilaku kejiwaan pasanan
2. Minta izin sebelum membawa anggota keluarga ke rumah untuk menetap
3. Pelajari tabi’at dan kebiasaan yang berbeda
4. Bangun komunikasi untuk menghindari miss persepsi
Inilah sumbangsih tulisan singkat yang bisa saya sampaikan, mudah - mudahan memberi manfaat